Cinta Diatas Bantal


Dulu cinta identik dengan bunga mawar, tapi kini cinta identik dengan bantal.
Mengapa dalam menjalin percintaan, bantal selalu menjadi tujuan akhir. Kesucian cinta yang begitu agung sekarang sudah semakin keruh seiring dengan perkembangan zaman. Kita lebih bangga bilamana sudah dapat membuktikan ketulusan cinta diatas bantal. Sedangkan bagi mereka yang yang mengagungkan dan menjaga kesucian cinta dianggap sok suci dan munafik.
Lebih baik jadi orang munafik dan sok suci yang tidak mengotori cinta dengan nafsu, tetapi masih bisa menatap dunia ini dengan sebuah senyuman. Daripada menjadi orang yang tidak mau dianggap munafik tetapi tidak mampu menatap dunia ini dengan senyuman. (bingung apa maksudnya ya)
Sudah punahkah sang pecinta di negeri ini, Pecinta yang mencintai sepenuh hati, yang menjaga kemurnian nilai cinta sesungguhnya. Bukanlah mencintai diatas bantal.Bohong benar bila ada yang bilang bahwa ketulusan cinta harus dibuktikan diatas bantal, ketimbang di KUA.
Mungkin menjalin cinta diatas bantal lebih nikmat, tetapi apakah kenikmatan itu sebanding dengan sakitnya hati seorang ibu yang bila mengetahui anaknya telah tercabik cabik harga dirinya demi membuktikan cintanya. Demi cinta seorang wanita rela memberikan mahkotanya asal jangan diputuskan cintanya. Dan seorang laki-laki akan selalu membawa bantal bilamana dia sudah menemukan kekasihnya. Laki-laki yang memahami arti dan makna cinta, tahu kapan dan dimana harus mengunakan bantal dalam cinta.
Bantal hanyalah benda mati tapi mengapa kekuatannya bisa menghancurkan kekuatan cinta.

Mengapa kita yang di berikan rasa, akal dan pikiran tak mampu berpikir panjang dalam menjalin cinta. Keimanan yang telah kita bina sedari kecil hanya dikalahkan dengan sebuah bantal. Sudah sedasyat itukah kekuatan bantal hingga banyak wanita-wanita yang bunuh diri gara-gara membuktikan cintanya diatas bantal. banyak janin-janin tak berdosa berguguran karena ibunya telah bermain cinta diatas bantal.

Sedih sekali ketika Aku mendengar tangisan seorang wanita telah ditinggalkan kekasihnya.

Padahal dia sudah menyerahkan segalanya diatas bantal. Sang pria berjanji akan setia

selamanya asal mau bermain -main diatas bantal. Itu bukanlah cinta melainkan sebuah

perjanjian. Perjanjian yang akan berakhir bilamana tak ada bantal dalam cinta.

Mengapa kita tak bisa menjalin cinta tanpa bantal.
Apakah benar cinta tanpa bantal bak sayur tanpa garam.
Biarlah dilema ini kusimpan dalam lubuk hatiku dalam mengarungi perenunganku akan makna

sebuah cinta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

6 comments:

Anonymous said...

iya , saya setuju sama sampeyan. kita seyogyanya lebih belajar untuk pnya pemikiran yang dalam ttg cinta. ttg arti sebuah cinta. bgaimanapun seks hanyalah bumbu penyedap kalo sudah menikah. yng penting adalah apakah dalam menjalin cinta kita sudah menemukan orang yang emng worth it buat kita, yang sepadan en bisa membuat kita jadi feeling complete...itu kayaknya deh yang musti ditekankan...rasa saling ketergantungan..:)

Er Maya said...

ternyata gag cuman daun aja yang di atas bantal ya ;)

Kian said...

ooo..tukang jualan bantal to...
hmmmm

Adi said...

hmm.. susah juga mo komennya :) yg jelas kalo sebagai seotrang cowok naluri itu pasti ada (bohong kalo bilang gak ada) tp sejauh mana aja iman, logika dll yg telah kita dapet bisa mengatasi naluri yg ini, makanya khan kita beda dgn binatang yg suka ikut naluri doank *apa sih komennya :P * BTW selamat gabung di loenpia mas

Anonymous said...

awas lho kalau kebanyakan bawa bantal....ntar malah nyangini indonesia dengan beribu-ribu pulaunya....

Anonymous said...

semuanya itu tergantung yang ngejalanin,low emang keyakinannya kaya gitu ya harus gimana lagi??low aku sih yang nmanya cinta itu hubungannya dengan hati.gak ada yang namanya cinta diatas bantal.kecuali kalo udah ada ikatan yang syah,low itu sih wajib hukumnya.

Post a Comment